Cara mudah menghitung tegangan listrik – Sebelumnya kita harus tau apa saja perangkat elektronik yang kita pakai, setelah itu adalah bagaimana kita bisa tau seberapa besaran Voltase (tegangan) yang kita pakai dari Kwh PLN.

Cara mudah menghitung tegangan listrik ( Voltase )

Ketidakstabilan voltase yg terjadi pada instalasi listrik yg terpasang di rumah yg sifat tidak tetap atau berubah-ubah, rutin berfluktuasi. Sehingga kita susah untuk mengetahui nilai besaran perbedaan yg sebetulnya terjadi, kecuali nilai tersebut diratakan.

Kondisi Voltase semacam itu, juga terjadi di seluruh rumah yang berada di sekitaran rumah anda. Namun tidak semua atau tidak merata. kemungkinan keadaan ketidakstabilan Voltase di rumah kalian tidak sama dengan tetangga rumah anda. Beberapa kemungkinan yg menjadi penyebab perbedaan yg udah dikondisikan untuk diratakan merupakan :
  • kebiasaan pemakaian serta jumlah penghuni rumah.
  • perangkat elektronik yg digunakan
  • penggunaan elektronik.

Cara melakukan perhitungan voltase


Ada tutorial primitif yg lumayan manjur untuk mengenal besaran nilai voltase yg sebenarnya, yaitu dengan menulis angka yg tertera pada meteran KWH sebagai angka awal serta angka akhir pemakaian daya selang waktu beberapa jam.
Cara tersebut sempat saya gunakan setiap hari selama 2 minggu sebelum keadaan Voltase di rumah saya distabilkan. Selama saya menulis, hasil Voltase setiap harinya yg tidak pernah sama. Sehingga hasil Voltase perhari saya jumlahkan, Setelah itu dibagi jumlah hari selama 2 minggu supaya diperoleh satu nilai rata dari besaran Voltase yg terjadi selama 2 minggu. Jika anda berniat mencobanya, saya sarankan untuk memakai kamera pada ponsel anda. Selain memudahkan melihat, hasil pemotretan eksklusif disimpan di folder tertentu.

Misalnya, anda menulis dimulai dari pukul 08.00 sebagai angka awal serta dicatat kembali pada pukul 16.00 sebagai nilai akhir. Dan jangan lupa Usahakan, keadaan perangkat elektronik yg anda pakai hanya lemari es saja (dengan suhu diatur sampai level maksimum) selama selang waktu pukul 08.00 s/d 16.00. Kurangi angka akhir dengan angka awal untuk memperoleh selisih total kwh, kemudian dibagi 8 untuk memperoleh nilai rata-rata kWh per jam, Lakukan cara yg sama selang 2 minggu. Akumulasikan perolehan nilai rata per hari itu, kemudian dibagi 14 (2 minggu = 14 hari) untuk memperoleh satu angka rata-rata pemakaian daya. Setelah itu, Tulis nilai daya sebetulnya (Watt) serta tegangan (Volt) yg tertera pada lemari es. 

Contoh : Nilai akumulasi yg diratakan dari pemakaian daya selama 8 jam dalam 2 minggu merupakan 112,5 Watt per jam. Konsumsi daya lemari es per jam = 108 Watt - 220 Volt.
Pertanyaannya : apabila nilai default konsumsi daya lemari merupakan 108 Watt per jam dengan tegangan 220 Volt, berapa nilai voltase listrik yg menjadikan nilai konsumsi lemari es sebesar 112,5 Watt per jam?

Berdasarkan rumus untuk menghitung besaran nilai Watt yg saya ketahui merupakan Voltase x Ampere = Watt, jadi rumus untuk memperoleh nilai Voltase merupakan :
  • Voltase x Ampere = Watt  -> 220 x 6 = 1320
  • Watt / Voltase = Ampere -> 1320 / 220 = 6
  • Watt / Ampere = Voltase -> 1320 / 6 = 220
  • Nilai yg diketahui dari satuan rumus tersebut :
  • Nilai Watt dari konsumsi kulkas sebesar 112,5 Watt.
  • Nilai Ampere dari kulkas sebesar 108 / 220 = 0,491 Ampere.
  • Maka, nilai Voltase untuk konsumsi daya 112,5 Watt merupakan :
  • 112,5 / 0,491 = 229,167 Volt ~ dibulatkan menjadi 230 Volt.

Lemari es / kulkas merupakan perangkat ideal


Ada berbagai argumen yg membikin saya melakukan perbuatan pencatatan setiap hari selang waktu 8 jam selagi 2 minggu untuk memperoleh nilai rata-rata pemakaian daya lemari es, yaitu :
Satu-satunya perangkat elektronik yg beroperasi non-stop 24/7 di rumah merupakan lemari es. Dengan demikian, tidak ada kekhawatiran akan kemungkinan perangkat menjadi overload, sebab lemari es terbukti di buat untuk mampu beroperasi semacam itu.

Saya tidak mengenal perilaku kinerja lemari es. Kapan waktu proses pendinginan serta proses auto-defrost dimulai serta diakhiri. Selain itu, kedua proses tersebut berlangsung berdasarkan waktunya masing-masing yg mana keduanya memakai jumlah pemakaian daya yg berbeda.

Saya tidak sempat tahu perilaku dari voltase itu sendiri terhadap lemari es. Apakah lonjakan yg terjadi bersifat konstan (tetap) alias hanya sekali-sekali alias sekali-sekali tetapi terus-menerus akan mempunyai kontribusi lumayan besar pada kinerja lemari es dalam mengkonsumsi daya?
Mengantisipasi ketidaktahuan ini, saya memutuskan untuk membikin pencatatan berdasarkan jeda waktu tertentu supaya diperoleh hasil yg lumayan masuk nalar serta mendekati keadaan nyata sehari-hari. Walaupun tutorial yg dipakai membosankan untuk dikerjakan saya tidak mempunyai pilihan tutorial lebih manjur guna mempersingkat waktu penulisan.

Satu faktor yg saya ketahui dengan tentu merupakan perbuatan pencatatan ini dilakukan lumayan hanya satu kali dalam periode 2 minggu ini saja. Tidak akan berulang pada waktu minggu-minggu alias waktu-waktu mendatang. Karena, yg  diperlukan hanyalah untuk mengenal apakah selagi periode pencatatan terbukti sudah terjadi ketidakstabilan Voltase pada instalasi listrik terpasang di rumah alias tidak. Dengan begitu, perbuatan yg selanjutnya wajib diambil mampu direncanakan dengan cara lebih terarah.

Disamping itu, hasil yg diperoleh hanya berlaku untuk rumah saya saja. Tidak mampu dijadikan sebagai parameter untuk rumah tetangga sebelah mau pun rumah orang-orang lain yg tidak tinggal seatap dengan saya.

Menghitung daya serta anggaran dampak ketidakstabilan voltase

 

Seandainya terbukti terjadi perbedaan Voltase, kita mampu menghitungnya serta memperkirakan jumlah daya sebetulnya (Watt) yg terbuang percuma selagi ini.

Melanjutkan contoh di atas, seusai mengenal nilai rata-rata tegangan listrik merupakan 230 Volt, kalian mampu mulai mencatat angka yg tertera di meteran pada keesokan pagi hari untuk dijadikan nilai awal pemakaian selagi 24 jam. Lusa pagi hari pada jam yg sama, catat kembali angka di meteran untuk dijadikan nilai akhir pemakaian. Kurangi nilai akhir dengan nilai awal untuk memperoleh selisih pemakaian daya selagi 24 jam sebelumnya. Atau sama dengan pemakaian listrik selagi satu hari.

Sekarang, kita asumsikan pemakaian listrik merupakan 11,3 kWh per hari. Atau sama dengan 11,3 x 30 = 339 kWh per bulan. Atau sama dengan 11300 / 24 = 470,8 Watt per jam. Nilai tegangan yg terbaru kali diketahui merupakan 230 Volt.

Jika dikonversikan ke tegangan 220 Volt, jadi pemakaian listrik akan menjadi :
  • per jam = (470,8 / 230) x 220 = 2,047 Ampere x 220 Volt = 450,34 Watt
  • per hari = 450,34 Watt x 24 = 10.808,16 Watt  alias  10.808,16 / 1000 = 10,8082 kWh
  • per bulan = 10,8082 x 30 = 324,246 kWh
Dengan demikian, nilai selisih pemakaian daya (Watt) yg terjadi dari perbedaan tegangan listrik antara 230 Volt dengan 220 Volt merupakan :
  • per bulan = 339 - 324,246 = 14,754 kWh
  • per hari = 14,754 / 30 = 0,4918 kWh alias 491,8 Watt
  •  per jam = 491,8 / 24 = 20,492 Watt
Jika nilai sebesar 14,754 Kwh per bulan ini diaplikasikan ke pemakaian lampu penerangan tipe SL (hemat energi) berdaya 14 Watt selagi 8 jam sehari, jadi mampu dipakai untuk menyalakan sebanyak :
491,8 Watt / (8 jam x 14 Watt) = 491,8 / 112 = 4,4 unit lampu
Atau, sama dengan 4 unit lampu berukuran 14 Watt ditambah satu lampu berukuran 5 Watt dengan sisa daya 0,6 Watt (cukup untuk menerangi area ruangan 48 m²).
Cukup significant kelebihan Watt yg mampu dimanfaatkan untuk lampu penerangan ruangan sebesar 48 m² di suatu rumah 8 jam setiap hari selagi sebulan.

Seandainya memakai rumah lampu berupa downligth, jadi kapasitas daya per unit lampu mampu dikurangi menjadi 8 Watt alias (bahkan) 5 Watt dengan kuantitas lebih banyak. Itu pun dengan anggapan perhitungan nilai daya yg dipakai hanya 11,3 kWh pada tegangan 230 Volt per hari selagi sebulan. Pada kenyataannya, selisih nilai daya akan mengikuti jumlah nilai pemakaian listrik yg kita gunakan. Semakin besar pemakaian listrik, jadi nilai selisih yg terjadi akan terus besar.

Efek dari ketidakstabilan Voltase ini, bagi saya, lebih dari sekedar pemborosan energi. Setiap bulan, kelebihan 14,754 kWh itu wajib dibayar bersama dengan tagihan bulanan listrik ke PLN. Jika harga per kWh = Rp. 791,7,-; jadi kita wajib menambahkan uang tagihan bulanan sebesar 14,754 x 791,7 = Rp. 11.680,74,- tanpa memperoleh keuntungan / imbalan apa pun. Ditambah lagi dengan berkurangnya nilai serta umur fisik sampai kerusakan perangkat elektronik yg terkena efek dampak ketidakstabilan Voltase. Keadaan semacam ini tidak ubah layaknya perumpamaan “sudah jatuh, tertimpa tangga…”.


Apakah pihak PLN diuntungkan dengan keadaan ini? Saya rasa tidak juga. Seandainya tidak terjadi perbedaan Voltase, jadi PLN mempunyai daya cadangan lebih tidak sedikit yg mampu direalisasikan untuk pemasangan pada pelanggan baru. Jumlah rupiah yg diperoleh dari pemakaian pelanggan baru, jauh lebih besar daripada kelebihan kWh yg sebetulnya tidak kita pakai tetapi masih wajib kita bayarkan. Karena anggaran tagihan pada pelanggan baru, disertai juga dengan anggaran masih baru. Bukan sekedar anggaran TDL saja. Demikian juga pada pelanggan yg memakai unit meteran prabayar baru. Tanpa wajib mengerahkan tenaga pencatat meteran, pendapatan yg diterima PLN bertambah dari transaksi pembelian voucher oleh pelanggan prabayar baru.

Biaya instalasi stabilizer gratis?

Seandainya (kemudian) keadaan Voltase di stabilkan menjadi 220 Volt, jadi nilai rupiah sebesar Rp. 11.680,74,- masih sehingga milik kita. Sekarang, kita alihkan uang tersebut sebagai bentuk cicilan dari anggaran penginstalasian stabilizer bernilai Rp. 1.000.000,- yg dilakukan untuk membenahi keadaan ketidakstabilan Voltase. Maka, anggaran awal yg dikeluarkan untuk instalasi stabilizer akan menjadi impas dengan sendirinya memakai anggaran pembayaran yg tidak sehingga direalisasikan sebesar Rp. 11.680,74,- seusai :

(1.000.000 / 11.680,74) = 85,6 bulan / 12 = 7,13 tahun
Atau sama dengan 7 tahun 1 bulan 5 hari.

Lamanya waktu untuk mencapai titik impas selagi 7 tahun 1 bulan 5 kali ini sebab dikondisikan besar nilai cicilan masih sebesar Rp. 11.680,74,- per bulannya.

Memang, terlalu jauh rasio uang yg wajib dikeluarkan untuk mengerjakan instalasi stabilizer sebesar Rp. 1.000.000,- hanya memperoleh konpensasi Rp. 11.680,74,- per bulan selagi lebih dari 7 tahun.
Namun, wajib kita ingat bahwa nilai Rp. 11.680,74,- per bulan merupakan “murni” hasil menstabilkan voltase. Biaya-biaya lain yg tidak sehingga ter-realisasi-kan seusai Voltase distabilkan, juga wajib turut diperhitungkan sebagai bentuk dari konpensasi. Misalnya, berkurangnya frekuensi waktu pergantian lampu alias berkurangnya anggaran pembetulan / pembelian untuk mengganti perangkat elektronik yg rusak.

Jika semua itu mampu direalisasikan sepenuhnya dalam bentuk fisik uang, nilainya tentu jauh lebih besar dari sekedar Rp. 11.680,74,- per bulan. Dari segi psikologis, kita pun memperoleh kenyamanan dengan berkurangnya masalah-masalah yg berkaitan dengan perangkat elektronik / listrik. Saya mampu pastikan keadaan ter-berat berkaitan dengan persoalan listrik yg akan kalian hadapi seusai Voltase distabilkan, hanya terfokus pada kenaikan tarif listrik.

Perlukah mengukur voltase


Kepentingan mutlak mengenal nilai Voltase merupakan info tersebut mampu dipakai untuk mengenal keadaan fisik instalasi kabel serta perangkat listrik yg terpasang di rumah. Dengan anggapan standar pengoperasian seluruh perangkat elektronik di rumah memakai tegangan sebesar 220 Volt, nilai hasil pengukuran Voltase yg tidak sama (lebih tinggi / rendah) akan menunjukkan peringatan terhadap kita adanya ketidakberesan dari arus listrik yg beredar melewati instalasi jaringan kabel terpasang. Baik penyebabnya bersifat eksternal (distribusi daya PLN) alias internal (kondisi kabel serta perangkat elektronik yg digunakan).

Seumpama terbukti terjadi perbedaan dari hasil pengukuran dengan standar Voltase dari perangkat elektronik yg ada, nilai perbedaan dalam pemakaian daya (Watt) serta anggaran yg selagi ini terbuang percuma mampu diketahui. Besarnya selisih nilai pemakaian daya (Watt) mampu dipakai sebagai parameter tingkat ketidakberesan jaringan kabel serta perangkat listrik terpasang di rumah.

Dengan nilai yg anda peroleh dari metode di atas, kalian mampu menjadikannya sebagai masukan untuk menentukan putusan perlu-tidaknya serta sejauh mana perbuatan yg wajib di ambil supaya mampu memperoleh kenyamanan serta keamanan yg lebih baik dari pemakaian listrik di rumah anda.

Penutup


Demikina cara atau tutorial untuk menghitung besar voltase yang berada di rumah kita atau di tempat lain yang ingin kita ketahuin, bila mnurut anda artikel ini berguna atau bermanfaat bagi anda silahkan share dan bila ada yg menurut anda kurang faham atau belom mengerti silahkan tanyakan di kolom komentar di bawah ini, saya senang tiasa untuk sama-sama belajar dan menimba ilmu, karena saya sendiri juga masih belajar, semoga bermanfaat dan menambah ilmu kita salam strom dari saya.

ARTIKEL TERKAIT

Jadilah komentator pertama!

Kebijakan Komentar
Emoticon
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
}D
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
$-)
(y)
x-)
(l)
Penggunaan Tag & Gambar di Komentar
Menggunakan PRE (block element)
[pre] ... [/pre]

Menggunakan CODE (block element)
[code] ... [/code]

Memasukkan IMG (gambar)
[img src='...'/]

Catatan:
  • Isi ... pada tag PRE dan CODE dengan kode yang ingin dimasukkan
  • Isi ... pada tag IMG dengan link gambar yang ingin ditampilkan
  • Parse terlebih dahulu kode yang ingin dimasukkan pada tab sebelah kanan (☷), caranya yaitu masukkan kode yang ingin diparse ke dalam box input, lalu hasil parse akan muncul pada box output
HTML Parser
Input:
Output: